Menjadi Guru Sesuai yang Diidam-idamkan Vs Realita

 

Hai, namaku Dee! “Kok mirip nama penulis terkenal?” Maaf deh, nggak sengaja, itu hanya nama panggilan sayang temenku, temen yang kami berteman sejak SMP, SMA, dan hingga sekarang masih berteman, dan sekarang, sekarang saya sudah menjadi guru. Aku guru, guru mata pelajaran, atau yang biasa disebut mapel, Teknologi Pangan. Cita-citaku pengin menjadi model, tapi badan tidak tinggi, ya model untuk orang-orang berbadan kecil. Cita-cita yang lain pengin jadi traveler dan vlogger. Aku juga bercita-cita menjadi seorang pemilik laboratorium pengujian. Aku pengin jadi peneliti di LIPI. Begitu banyak keinginan dan cita-citaku, hingga akhirnya bapakku menendangku, karena aku bimbang terombang-ambing di tengah jalan. Yang akhirnya...aku menjadi guru, yang sama sekali nggak nyambung dengan cita-citaku.

Menjadi guru sesuai yang diidam-idamkan itu sangat menyenangkan:

1.    Gaji tinggi

2.    Murid manis, menawan, menyenangkan..kalau aku cewek, aku bisa duduk manis, tenang di dalam ruangan sambil mengamati siswa ganteng seperti Liao Danyi di Film “The Big Boss”

3.    Tugas tidak terlalu banyak, tidak menumpuk, tidak lembur-lembur. Jadi, di sela-sela mengajar yang penat, waktu jam istirahat tiba, istirahat pertama pukul 09.00-09.15 aku bisa tiduran di karpet tempat sholat sambil nonton youtube. Istirahat kedua pukul 11.45-12.30 aku juga bisa makan dengan kenyang, empat-sehat-lima-sempurna lah, nggak usah mahal-mahal, tiduran lagi lah sambil nonton youtube, habis itu bisa ngajar lagi dengan fresh dan kuat menghadapi kenyataan.

4.    Mau praktik nggak kekurangan, semua sudah tersedia di situ, tinggal pakai, tinggal ngawasi pelaksanaan praktik, anak-anak juga praktik dengan manis.

Namun realitanya:

1.    Gajiku rendah, karena aku masih GTT alias Guru Tidak Tetap, “Kenapa tidak jadi PNS aja bukan GTT?” itu pertanyaan kamu. “Hhh.. ceritanya panjang, dan sulit diungkapkan dengan kata-kata, paling tidak aku tidak ingin cerita untuk saat ini”. Bahkan dengan gaji rendahku, untuk makan untuk makan empat-sehat-lima sempurna setiap waktu setiap saat pun susah.

2.    Murid yang manis...hanya mimpi, kadang ada sih satu-dua yang manis, tapi tidak seperti Liao Danyi. Guru ada juga kadang yang manis, yang bisa dijadiin pandangan, tapi kamu tahu sendiri lah, nggak mungkin juga kali aku tebar-tebar pesona sesama guru, aku harus jaim, jaga diri, dan nggak mungkin ngajarin yang nggak bener ke murid.

Oke, kembali lagi ke murid. Murid itu bukannya kebanyakan manis, tapi yang ada bengal, tidak mengumpulkan tugas, tidak berangkat, telat, tidak ikut ulangan, hampir semua nilainya kosong.. dan sebagainya.

Pernah, ya ada murid, hampir semua nilainya kosong. Ya udahlah dia kusuruh datang ke sekolah nih, daripada bolak-balik kukasih tugas juga nggak dikerjakan, bolak-balik dikasih ulangan juga tetap nggak dikerjakan. Sudahlah aku ada itikad baik,  “Datang aja kamu Nak, datang ke sekolah,” whatsappku ke dia,  “setor wajah aja, biar aku lihat wajah kamu yang hampir setengah semester tidak berangkat, kaya apa sih rupa wajahmu...” tambahku dalam hati.

“Nanti kalau kamu datang, nilai kamu akan berubah, dari merah jadi 76 deh, sebagai wujud terima kasihku karena kamu mendengarkanku.” Tambah janjiku dalam hati.

Tapi apa yang terjadi? Janjian pagi, jam 07.00, jam 10.00 dia baru whatsapp, “Maaf bu, saya baru bangun”.

Kujawab “Ya sudah, segera ke sekolah”

Dia bilang “Maaf bu, saya janjian dulu sama si A, baru bisa ke sekolah jam 13.00”

Kujawab lagi, “ya kamu mau menebus pelajaran yang kamu tinggalkan selama 3 bulan mana cukup kalau berangkat jam 13.00, lalu jam 14.30 pulang. Berangkat sebelum dzuhur!”

Lama dia tidak menjawab.

Jam 11.30 dia whatsapp lagi, ”Maaf bu, tidak bisa ke sekolah, karena tetangga saya meninggal.”

Speechless

“Yaelah..kalaupun tetangga kamu meninggal, cukup layat sebentar habis itu kamu bisa datang ke sekolah kali..!” teriak saya dalam hati. “Emang kamu siapanya tetangga kamu wali, kiai, atau siapanya...?” teriaku lagi dalam hati. Tentu saja aku sudah tidak membalas whatsappnya. Sungguh!

Oiya, balik lagi ke murid manis. Dan, eh, kalaupun ada murid yang duduk manis di kelas, dia duduk manis bukan karena manis, tapi karena tidak paham dengan apa yang aku terangkan.

3.    Dan tugas yang berjibum. Jangankan duduk senderan, bahkan tiduran sambil nonton youtube. Sekalinya istirahat, langsung dipanggil senior untuk melakukan ini..itu..diminta datang ke sini..ke situ..mengerjakan ini..itu...

Begitupun dengan istirahat siang jam 11.45-12.30. Untuk bisa tiduran di waktu tersebut, frekuensinya sangat jarang, mungkin sekali seminggu, atau sekali dalam waktu sepuluh hari, atau sekali dalam waktu 12 hari.

Pulang mengajar kadang masih dikejar-kejar untuk bikin soal, bikin nilai, bikin rencana pembelajaran. Tidak jarang, mungkin setiap dua malam dalam satu minggu, masih harus mengerjakan ini...itu..dan ini..itu.

4.    Mau praktik, bahan kadang tidak ada, kadang kurang, atau harus belanja dulu. Sudah gitu, murid jempalitan. Di pre-test tidak belajar, nilai nol sampai 45, nilai yang di atas 75 jarang. Selama praktik kadang murid lari-lari, kadang selfi-selfi, kadang melakukan hal-hal yang aneh gitu deh!

Komentar

Postingan Populer